“ Dalam keadaan semacam saat ini ini, pelemahan ekonomi dalam negeri serta pelemahan nilai ubah rupiah merupakan perihal yang lumrah terjalin serta rupiah hendak terletak dalam keadaan overshoot( pelemahan yang kilat dalam waktu pendek), buat setelah itu kembali menguat pada penyeimbang baru,” jelas ia.
“ Buat dapat mempunyai penyeimbang baru rupiah yang kokoh, pemerintah wajib melaksanakan sebagian perihal,” lanjutnya.
Sebagian yang dapat dicoba merupakan proses realokasi anggaran sehingga perputaran ekonomi dalam negara dapat bertambah. Pemerintah pula butuh membagikan komunikasi baik kepada warga serta pasar keuangan tentang langkah konkret buat membenarkan ketergantungan Indonesia pada ekonomi global dapat turun dalam jangka waktu yang kilat.
“ Isu ketahanan pangan, tenaga serta kesehatan jadi perihal berarti terpaut dengan meningkatnya tensi perang dagang.”
Ada pula Fakhrul memandang tantangan perang dagang ini malah dapat membuka peluang spesial kepada Indonesia buat dapat memperoleh pasar tertentu dengan Amerika Serikat. Mulai dari zona tekstil, alas kaki, furniture, komponen otomotif serta nikel.
“ Tetapi sekali lagi, kita wajib sadar kalau tidak terdapat lagi konvensi perdagangan dengan Amerika Serikat hendak dilaksanakan dengan rule based. Kecendrungan buat perundingan yang alot hendak terjalin,” tutur Fakhrul.
Baginya, para diplomat ekonomi Indonesia wajib lihai dalam bernegosiasi terpaut urusan ini. Paling utama, kedudukan Departemen Luar Negara yang hendak terus menjadi berarti dalam bawa agenda- agenda ekonomi Indonesia ke tingkatan global.